LAPORAN HASIL OBSERVASI SEKOLAH INKLUSI
SMA MUHAMMADIYAH 5 KARANGANYAR
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu Ibu Dr.Nonoh Siti Aminah, M.Pd
Disusun Oleh:
Pend. Fisika’10 C
Dhian
Mageti (K2310024)
Erdila
Kristy Larasati (K2310033)
Fatima
Istiqomah Dj (K2310038)
Fransisca
(K2310097)
PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA
2012
I.
Waktu dan Tempat
Observasi
Pada observasi kali ini, observasi
dilakukan pada hari hari Sabtu, 5 Mei 2012 bertempat di SMA Muhammadiyah 5
Karangayar. Kami berangkat pada pukul 07.30 WIB dan berakhir melakukan
observasi pada pukul 10.00 WIB. SMA Muhammadiyah 5 Karangayar terletak di Jalan Raya Solo – Sragen Km 10, Sroyo,
Jaten, Karanganyar. Kami kesana dengan mengendarai sepeda motor. Pada
kesempatan kali ini, Ibu Dr.Nonoh Siti Aminah, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah inklusi tidak dapat hadir. Oleh karena itu, sesampai disana kami di
sambut oleh Bu Cahyo. Kemudian kami diarahkan untuk masuk ke kelas yang kosong.
Kebetulan kelas XII sudah menempuh ujian nasional sehingga diliburkan.
Sedangkan kelas X dan XI masih belangsung kegiatan belajar mengajar (KBM). Kami
disambut dan diberi arahan gambaran secara umum oleh kepala sekolah.
Di sekolah
inklusi ini menyediakan pengajaran untuk anak yang berkebutuhan khusus, dan anak
yang normal. Bisa dibilang seperti sekolah reguler biasa hanya saja ada murid
yang mempunyai kebutuhan khusus. Anak ABK di SMA ini ada yang slow learning,
tuna daksa dan tuna netra.
II.
Hasil Observasi
A. Kepala Sekolah
Kepala
sekolah SMA Muhammadiyah 5 Karangayar bernama bapak sumarno. Bapak sumarno
adalah lulusan Pendidikan Moral pancasila atau biasa disebut PMP pada tahun
1983 di UNS, beliau berdomisili di Jatiwarno, Klaten. Beliau menyambut kami
dengan ramah dan baik. Kemudian melanjutkan kuliahnya di prodi BP. Bapak Sumarno di angkat menjadi guru
sejak 1983. Bapak Sumarno mulai menjadi kepala
sekolah di SMA Muhammadiyah
5 Jaten
mulai 7 Februari 2012, sebelumnya beliau mengajar di SMAN 2 Karanganyar.
Menurut
bapak Sumarno, di SMA Muhammadiyah 5 Karangayar banyak siswa yang berasal dari
SMP YKAB Surakarta. Diantaranya kelas X teriri dari 2 orang yaitu Martin dan Tutuk, kelas XI terdiri dari
2 orang yaitu Gilang dan Dwi, sementara itu kelas XII terdiri dari 1 orang
bernama Ardiansyah. Menurut beliau Ardiansyah pernah juara I Tartil Al.Qur’an
dan hobinya adalah menyanyi. Siswa
– siswi tersebut merasa lebih nyaman sekolah di SMA
tersebut karena keramahan teman dan guru –
gurunya. Kebanyakan siswa di Sekolah ini adalah siswa kurang mampu dengan
ekonomi menengah kebawah.
Menurut
keterangan bapak kepala Sekolah biaya sekolah sebesar Rp 90.000,- setiap
bulannya. Namun melihat ekonomi orang tua wali sekolah mencarikan keringanan
biaya dengan beasiswa sehingga tiap bulan hanya membayar Rp25.000,-. Beasiswa
ini didapat dari donatur dan pemerintah. Namun kenyataannya masih banyak wali
murid yang belum dapat membayar SPP dikarenakan wali murid tersebut kurang
mampu. Sekolah ini tidak membiarkan siswanya putus sekolah, mereka mengusahakan
dana bantuan yang lebih untuk membant siswanya yang memang kurang mampu.
Sekolah ini
mempunyai kegiatan ekstrakulikuler diantaranya: seni suara, musik, keterampilan
menjahit, komputer/TI, pramuka muhammdiyah atau biasa disebut Hizbul Wathan.
Sarana dan prasarana yang ada di SMA ini yaitu: mesin jahit, laptop sejumlah
10, webside, Wifi, perpustakaan lab IPA, Ruang kelas, kantor guru, kantin,
parkir, lapangan dan masjid. Utnuk ruang lab sdikit kurang berfungsi karena
sekolah ini notabenya sekolah sosial. Lab ini merupakan sumbangan dari pusat,
mungkin pusat yang kurang mengerti kebutuhan yang mungkin dibutuhkan sekolah
tersebut.
Jumlah siswa di
sekolah ini ada 63 siswa, terbagi dalam kelas X ada 22 siswa kelas XI ada 19
siswa, dan di kelas XII ada 22 siswa. Untuk penjurusan kelas hanya dibuka untuk
kelas IPS, hal ini ditujukan untuk lebih meningkatkan sifat sosialnya. Menurut
keterangan pak Marno yaitu untuk mengimbangi daya pikir atau kemampuan siswa
yang sekolah disana yang notabenenya juga menengah kebawah. Mata pelajaran yang
diajarkan oleh sekolah ini seperti sekoah pada umumnya hanya saja diberi mata pelajaran
ciri khusus sebagai tambahan. Mata pelajaran ciri kusus ini ditujukan untuk
membentuk kereligiusan ke siswanya. Jam belajarnya seperti SMA pada umumnya
masuk jam 07.00 sampai jam 13.30 WIB. Khusus untuk hari jum’at sampai jam 11.00 WIB.
Untuk sekolah pada hari biasa, diwajibkan bagi siswa untuk sholat Dzuhur
berjama’ah. Sedangkan untuk hari Jum’at tidak diharuskan, dikarenakan tempat
sholatnya digunakan warga sekitar untuk sholat Jum’at dan siswa disuruh untuk
sholat jum’at dirumah saja.
Sistem pembelajaran
yang di lakukan di sekolah ini juga sama dengan
sekolah lainnya, sering dengan metode ceramah. Untuk siswa tunanetra juga sama.
Mereka akan mencatat sendiri pelajaran dengan huruf braille sesuai demgan keahlian mereka. Mereka mendapatkan keahlian
tersebut sejak SMP yang dulu berasal dari YKAB.
Kesulitan untuk menjelaskan ke siswa sama seperti kesulitan yang di
alami di YKAB yaitu menjelaskan angka dan grafik kepada siswa tunanetra. Namun
selama ini kesulitan tersebut dibantu oleh teman sebangku yang mempunyai
kekurangan tersebut atau dengan istilah tutor sebaya, begitu keterangan bapak
kepala sekolah.
Untuk ulangan
atau tes sekolah sama dengan tes sekolah lain. Untuk yang tuna netra biasanya
di tempatkan didepan dan soalnya dibacakan oleh guru pendamping atau dari
pengawas. Untuk ujian kemarin sudah ada tim dari dikbas yang bertugas
mendampingi siswa tuna netra tersebut. disini pendamping bertugas untuk
membacakan soal dan memblatkan jawaban siswa. Perlakuan khusus juga diberikan
untuk siswa tunanetra yaitu tambahan waktu 45 menit untuk ujian kemarin. Dari
pengalaman itu siswa tuna netra justru kebih cepat atau berbarengan selasainya
dengan siswa biasa untuk beberapa mata pelajaran. Tambahan waktu ini hanya
dipakai untuk mata pelajaran bahasa inggris dan matematika saja.
Jumlah tenaga
pengajar di SMA Muhammadiyah 5 Jaten ada 20 orang guru dengan 4 diantaranya
bersetatus DBK (guru PNS yang di perbantukan).
Sedangkan untuk tata usaha di pegang oleh 1 orang pegawai dan 1 orang
lagi bertugas sebagai penjaga dan sekaligus tukang kebun.
B.
KURIKULUM
Dalam
observasi tentang kurikulum ini kami menemui wakil kepala sekolah bagian
kurikulum yaitu Ibu Cahya Suryani. Di sekoloah ini beliau juga mengampu mata
pelajaran Sosiologi.
Kurikulum yang digunakan oleh sekolah ini sama dengan
sekolah biasa yaitu KTSP. Hanya saja guru dalam membuat RPP dan silabus sedikit
berbeda. Perbedaannya terletak pada bagian keterangan. Untuk sekolah inklusi
silabus dan RPP di beri keterangan “ untuk anak ABK dalam membaca di bacakan
oleh teman atau guru”. Guru yang mengampu di setiap kelas pun tetap 1 sesuai
mata pelajaran yang di sampaikan.
Sedangkan untuk proses
belajarnya tetap sama dengan sekolah lain. Pada sekolah inklusi, anak ABK di
setarakan dengan siswa normal lainnya dalam proses pembelajaran, baik dari segi
waktu pembelajaran maupun mata pelajaran yang di gunakan. Hanya saja untuk anak
yang slow learner di berikan tambahan
waktu oleh guru untuk mempelajari materi sendiri di ruang guru dengan bantuan
guru mata pelajaran yang terkait pada saat jam istirahat.
Untuk mata pelajaran yang di berikan sama untuk semua
siswa baik yang normal maupun ABK. Anak ABK dalam mengikuti pelajaran olah raga
juga sama dengan anak normal lainnya, hannya saja yang wajib di ikuti hanya
yang memungkinkan dan bisa mereka lakukan. Sedangkan untuk tugas di
samakan tingkatannya hanya caranya saja yang di bedakan. Sebagai contohnya jika
anak yang normal di berikan tugas untuk membuat keliping maka untuk anak yang
ABK, tuna netra pada khususnya di berikan tugas mencari berita di TV ataupun
radio dengan tema sama dengan siswa normal lainnya dan menulisnya. Bobot dari
kliping dan karya tulis ini di samakan. Sedangkan untuk tugas tertentu ada yang
sama. Untuk anak ABK, tuna netra pada khususnya biasanya mereka menggunak huruf
Braille dalam mengerjakan tugas. Maka
dari itu sebelum mengumpulkan tugas tersebut ke pada guru, tugas tersebut di
salin dulu ke dalam tulisan biasa dengan bantuan teman yang normal untuk
menuliskannya.
Dalam proses belajar mengajar,
biasanya tempat duduk anak ABK di damping oleh anak normal. Hal ini bertujuan
untuk pendampingan dan membantu jika mengalami kesulitan dan ketertinggalan.
Selain itu juga agar anak ABK tidak merasa terdeskriminasi atau merasa
tersingkir. Saat menjalani tes ujian sekolah maupun tes lainnya anak ABK di
dampingi oleh guru yang bertugas untuk membacakan dan menuliskan jawaban dari
siswa. Waktu yang disediakan untuk anak ABK dalam mengerjakan soal tes juga di
tambah.
Di sekolah ini juga tersedia
berbagai macam ekstrakurikuler dan keterampilan. Keterampilan yang di sediakan
adalah menjahit, akuntansi, dan bahasa mandarin. Hari dan waktu pelaksanaannya
sama, sehingga siswa di bebaskan untuk memilih keterampilan mana yang akan di
ikuti. Akan tetapi untuk anak tuna grahita di khususkan untuk mengikuti
keterampilan bahasa mandarin, sedangkan untuk anak normal di bebaskan memilih
keterampilan menjahit atau akuntansi. Sedangkan untuk ekstrakurikuler yang
mencolok dari sekolah ini adalah ekskul seni musik. Ekstrakurikuler ini bebas
di ikuti oleh semua siswa. Seni musik dari sekolah ini sering di gunakan dalam
acara formal seperti rapat guru, upacara dan lainnya.
Manurut pemaparan dari ibu
Cahya juga di ketahui bahwa semangat belajar anak ABK tidak kalah dengan anak
normal lainnya, bahkan prestasinya sering kali melebihi anak normal. Hal ini
dapat di contohkan, anak yang bernama Ardiansyah adalah anak berprestasi yang
selalu masuk 5 besar di kelasnya, dia juga juara 1 tartil yang di selanggarakan
oleh Depag. Contoh lainnya adalah Rahayu
yang mendapatkan juara 2 dan 3 tartil yang di selenggarakan oleh UNIBA selama 2
tahun berturut-turut.
Anak- anak ABK ini juga sering
mengikuti kegiatan yang di selanggarakan oleh dinas pebdidikan atau instansi
lainya. Contohnya adalah lari khusus
anak ABK dan sosialisasi globe anak ABK yang di selenggarakan selama 1 minggu
di Jakarta. Kegiatan ini tidak semua mewakili sekolah akan tetapi seringkali
atas nama YKAB Surakarta yang merupakan yayasan yang mereka naungi. Walaupun
demikian sekolah tetap mengizinkan karena di anggap sebagai pelatihan siswa
untuk mengembangkan dirinya.
C.
ADMINISTRASI
Di bagian administrasi, kami
mewawancarai bu Komalia. Beliau menjadi TU mulai tahun 2006 hingga sekarang. Riwayat
pendidikan beliau adalah pernah kuliah Magestra D1 kemudian melanjutkan kuliah
di Pratama Mulya S1 (teknik) sekarang beliau baru semester 6. Semua
bagian administrasi di SMA Muhammadiyah 5 Karangayar hanya dilayani oleh satu orang.
Di
SMA Muh 5 Karangayar pembayaran SPP untuk setiap anak yaitu Rp.90.000,- tetapi
untuk anak yang kurang mampu mendapat bantuan Rp.65.000,-dan untuk ABK
mendapatkan bantuan berupa beasiswa sebesar Rp.1.000.000,- di tahun 2011 dan
2012. Ada juga gerakan orang tua asuh,BKM sebesar Rp.390.000,-/anak,BOS sebesar
Rp.125.000,- /anak, AUSKM (anak usia sekolah keluarga miskin).
Pada
saat masuk tahun ajaran baru siswa membayar uang seragam sebesar Rp.250.000,-
untuk seragam laki-laki dan untuk seragam perempuan sebesar Rp.300.000,- sedangkan untuk biaya ujian sebesar Rp.400.000,-.
Pada
bagian sarana dan prasarana dibantu oleh pemerintah yaitu mendapat bantuan
APBD,untuk pembangunan insfrastruktur dana juga berasal dari dana APBD,
contohnya: parkir,toilet,dll. Untuk biaya renovasi mengajukan
proposal-proposal, ada juga mendapat bantuan dari donator-donatur. Untuk gaji
guru sebesar Rp.15.000,-/jam (gaji guru honorer).
Jumlah
guru semuanya ada 20 dan kebutuhan tenaga guru ada 23 sedangkan kekurangan
tenaga guru ada 4. Guru tetap disana ada
6 dan guru yang tidak tetap ada 14.
D.
HUMAS
Pada observasi kali ini, kami menanyakan
beberapa hal terkait hubungan antara pihak sekolah dengan lingkungannya.
Informasi ini kami dapatkan dari Bu Cahyo selaku narasumber kami. Menurut
Beliau, respon dari masyarakat sekitar terutama di daerah Karanganyar
khususnya instansi yang menangani
sekolah ini kaitannya dengan sekolah inklusi adalah mereka telah membina
hubungan baik , mereka juga memfasilitasi sarana untuk siswa inklusi. Misal
pada saat ujian kemarin, instansi tersebut sebelumnya menanyakan jumlah peserta
tunanetra yang membutuhkan Braille atau
terkadang dari pihak sekolah yang memberikan laporan kepada instansi tersebut
sebalumnya. Disini terlihat adanya jalinan komunikasi yang baik dengan
lembaga-lembaga lain di sekitarnya.
Sedang dari pihak masyarakat, karena mereka menyadari bahwa sekolah
ini memerlukan bantuan financial maka
mereka mengadakan penggalangan dana untuk membantu siswa-siswa inklusi walaupun
jumlahnya tidak terlalu besar. Khusus anak-anak inklusi, mereka selalu
mendapatkan beasiswa. Tetapi jika suatu saat mereka tidak mendapatkan beasiswa
maka sekolah mengusahakan mereka tetap mendapatkan beasiswa lewat program lain.
Untuk pensosialisasikan kurikulum
sekolah kepada orang tua murid biasanya dilakukan dengan mengundang
orangtua/wali murid pada awal tahun ajaran baru untuk memberikan pengertian
bahwa di sekolah tersebut adalah sekolah inklusi yang menerima anak
berkebutuhan khusus yang termasuk tunanatra ataupun tunagrahita sehingga
orangtua/wali murid dapat memahami kondisi sekolah tersebut. Respon dari
orangtua/wali muruid yang bersangkutan pun dapat dikatakan baik karena jika
mereka diundang ke rapat-rapat sekolah untuk sosialisasi tahun ajaran baru,
rapat pelaksanaan ujian ataupun pengambilan raport, maka mereka biasanya selalu
hadir mengikuti rapat tersebut.
Untuk proses PSB (Penerimaan Siswa Baru)
khusus program inklusi, karena link mereka adalah dari sekolah YKAB Surakarta
maka pada saat kelas IX, biasanya dari pihak sekolah Muhamadiyah selalu
menanyakan apakah ada yang ingin melanjutkan sekolah ke SMA 5 Muhamadiyah atau
tidak, jika ada biasanya mereka menanyakan jumlah anak yang ingin melanjutkan
ke sekolah SMA ini. Terkadang dari pihak SMAnya juga tidak perlu
mensosialisasikan sekolah SMA ini karena siswa yang berasal dari YKAB cenderung
akan mencari informasi sendiri dari senior-senior mereka tadinya di YKAB
kemudian melanjutkan ke SMA ini. Kondisi ini, didukung juga dengan transportasi
yang dikatakan mudah. Karena letak SMA ini yang selalu dilewati bis-bis atau
angkutan umum. Sedang proses PSB untuk program umum dilakukan seperti halnya
sekolah-sekolah lain dimana sosialisasi mengenai sekolah SMA diadakan di
sekolah SMP-SMP yang ada si sekitar sekolah SMA tersebut. Selain itu, karena
ada guru yang juga berprofesi sebagai seorang ustadz, maka sosialisasi juga
dilakukan lewat pengajian-pengajian serta sosialisasi lewat penyebaran pamphlet
juga tetap dilakukan. Yang jelas menurut Bu Cahyo, sosialisasi yang dilakukan
oleh pihak SMA tidak mengeluarkan banyak biaya.
Penerimaan guru atau karyawan sekolah
karena sekolah ini adalah sekolah swasta dilakukan berdasarkan kebutuhan dari
pihak sekolah. Pihak sekolah akan mengajukan ke pihak PDM untuk tenaga kerja
tertentu, kalau di PDM memiliki criteria yang dibutuhkan sekolah maka pihak
sekolah akan menerimanya tetapi jika di PDM tidak tersedia tenaga tersebut berarti
pihak sekolah harus mencari sendiri tenaga tersebut.
Sekolah 5 Muhamadiyah ini adalah sekolah
yang latar belakangnya tidak dikhususkan untuk siswa-siswa yang berkebutuhan
khusus, OLEH KARENA ITU dalam pelayanan pendidikan terutama saat proses KBM
guru-guru di sekolah ini menerapkan ilmu umum yang mereka ketahui dalam
melayani anak berkebutuhan khusus. Jika mereka menemukan kesulitan/hambatan
dalam melayani siswa-siswa inklusi, mereka biasanya melakukan konsultasi dengan
sekolah YKAB karena mereka beranggapan bahwa karena anak-anak tersebut
sebelumnya bersekolah di YKAB maka telah terjalin hubungan antara guru dan
muruid yang baik di sekolah YKAB. Tetapi jika kesulitan/hambatan tersebut masih
bisa diatasi oleh guru-guru di sekolah SMA ini, maka pihak guru akan
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari YKAB.
E.
KESISWAAN
Wakasek kesiswaan bernama pak Mukhlis.
Bagian kesiswaan terdiri dari:
1.
Ekstrakurikuler
-
Keterampilan Komputer
yang sifatnya wajib
-
HW (Hisbul Waton) atau
disebut pramuka yang sifatnya wajib setiap hari sabtu
-
Seni Musik -> setiap
siswa bebas mengikuti (tidak diwajibkan) setiap hari Selasa
Kegiatan ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 5 Karangayar diikuti oleh semua siswa baik anak normal maupun anak
inklusi. Anak-anak inklusi di SMA Muhammadiyah 5 Karangayar hanya terdiri dari
anak tunanetra dan slow learner. Untuk keterampilan komputer telah disediakan
komputer khusus untuk anak-anak tunanetra. Pilihan ekstrakurikuler yang sedikit
disebabkan jumlah muridn yang sedikit, namun mulai tahun depan sekolah ini
berencana membuka ekstrakurikuler dalam bidang olahraga seperti tenis meja,
voli, dan futsal. Untuk kegiatan perkemahan di luar sekolah, sekolah ini belum
pernah mengikutsertakan siswa-siswanya dalam kegiatan tersebut karena belum ada
pemandu khusus untuk kegiatan tersebut. Tidak ada kendala bagi anak-anak
inklusi dalam kegiatan ekstrakurikuler karena mereka merupakan anak-anak yang
mandiri dan aktif, bahkan anak-anak inklusi cenderung mempunyai kemampuan lebih
dalam bidang seni music dan komputer dibandingkan dengan anak-anak normal
lainnya.
2.
Organisasi
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di
sekolah ini sama dengan OSIS di Sekolah umum lainnya. Dalam organisasi ini melibatkan pula anak-anak inklusi.
3.
Lomba
Untuk kegiatan lomba, SMA Muhammadiyah 5
Karangayar hampir mengikuti semua kegiatan yang diadakan di tingkat Kabupaten
dan mengikutsertakan anak-anak inklusi. Prestasi yang pernah diraih di
antaranya:
-
Juara I lomba MTQ
tingkat Kabupaten atas nama Ardiansyah. Ardiansyah adalah seorang siswa tunanetra
yang sekarang duduk di kelas 3.
-
Juara II lomba MTQ
tingkat Karasidenan atas nama Rahayu, ia juga seorang anak tunanetra.
Sebelum mengikutsertakan siswa-siswanya
sekolah ini menyeleksi siswa-siswanya terlebih dahulu.
4.
Beasiswa
Ada beasiswa khusus dari pemerintah
untuk anak-anak inklusi sebesar Rp. 100.000/bulan untuk tiap anak. Pemerintah
juga memberikan bantuan alat untuk menunjang pendidikan anak-anak inklusi.
Untuk kegiatan kesiswaan lainnya
misalnya ada kegiatan penelusuran alumni yang melanjutkan ke perguruan tinggi
karena hampir 80% anak-anak inklusidi sekolah ini melanjutkan ke perguruan
tinggi (untuk anak tunanetra).
Di sekolah ini terdapat muatan lokal
yaitu menjahit untuk anak-anak normal dan muatan lokal bahasa mandarin untuk
anak-anak inklusi (tunanetra) ,dan untuk
anak slow learner ialah menjahit
F.
KELAS
a.
Kondisi kelas:
Kelas
X ini memiliki luas 7 x 9 meter2. Fasilitas pembelajaran yang ada
dikelas ini tergolong cukup lengkap, disini
terdapat meja siswa, kursi siswa, meja guru, kursi guru, papan tulis,
papan absensi, daftar piket, jam dinding, kalender, data pengurus kelas, dan
daftar piket. Secara umum kondisi masing-masing barang masih berfungsi secara baik.
Di kelas ini sirkulasi udara cukup baik karena halaman depan berupa lapangan
dan halaman belakangnya adalah persawahan milik penduduk.
b.
Kondisi siswa
Observasi kelas dilakukan di kelas
X SMA Muhammadiyah 5 Karanganyar, Dikelas X terdapat 22 siswa yang terdiri dari 5 siswa
laki-laki dan 17 siswa perempuan, tapi saat kami melakukan observasi hanya
terdapat 20 siswa saja. Di kelas ini terdapat 2 orang siswa yang mengalami
keterbatasan dalam melihat. Kedua siswa ini bernama Tutut dan Narti. Tutut
menderita Low Vision dan Narti menderita tunanetra total. Kondisi dikelas ini
cukup aktif, hal ini terlihat saat proses pembelajaran berlangsung. Saat kami
melakukan observasi, dikelas ini sedang ada pengoreksian hasil ujian mid Bahasa
Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan materi unsur-unsur sastra
(hikayat) dari guru Bahasa Indonesia, Ibu Lia. Saat proses pembelajaran berlangsung,
kondisi kelas tergolong cukup nyaman. Saat mencocokkan pekerjaan teman
sekelasnya, terkadang ada juga siswa yang bertanya apakah jawaban temannya
sudah sesuai apa belum. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru yang mengajar saat itu, Ibu Lia, Beliau mengatakan
bahwa hasil ujian kali ini cukup lumayan baik, termasuk Tutut dan Narti.
Berikut ini adalah biodata singkat dari
Narti dan Tutut :
HASIL
WAWANCARA SISWA :
Ø Nama
:
NARTI
Ø Tempat,
Tanggal Llahir : Sragen, 2
April 1993
Ø Alamat :
Sragen
Ø JenisKelamin : Perempuan
Ø Kelas : X
Ø Cita
– Cita :
Guru
Ø Hobby : M
Siswa
ini mengalami kebutaan sejak lahir .Dia tinggal di Asrama YKAB, Jebres
Solo.Ingin sekolah disini karena transportasi menuju SMA Muhammadiyah 5
Karanganyar mudah hanya dengan naik bus satu kali dan berhenti tepat di depan
sekolah. Selama menjadi siswa di sekolah tersebut Narti tidak pernah mengikuti
olahraga. Sekolah disini menurutnya sangat menyenangkan karena lebih banyak
siswanya. Narti pun pernah merasa minder, namun teman-temannya bisa menerima
dia apa adanya. Di sekolah tersebut dia mengikuti ekstra bahasa Mandarin. Dalam
menulisNarti ini menggunakan alat bantu huruf braile dan menggunakan kertas
bekas. Mata pelajaran Fisika menurutnya susah dalam berhitungnya, kalau untuk
pemahaman materinya masih mudah. Sedangkan mata pelajaran Kimia pemahaman
materinya bisa.Untuk proses kegitan pembelajaran menurutnya cukup menyenangkan,
penyampaian materinya enak. Teman-teman di kelas membantu menjelaskan materi
atau kalau kurang paham langsung bertanya kepada guru. Saat tes semesteran ,
Narti mendapat dampingan dari YKAB untuk membaca kansoal. Untuk tugas sekolah
yang peserta didik Inklusi lebih dipermudah. Narti pun menmpunyai HP dengan
tipe Nokia 7610 dengan pemograman sendiri yang smsnya ada suaranya .
Ø Nama : Tutut Tri Anisa
Kelahiran : 1993
Tutut
ini berasal dari SMP YKAB Jebres, Solo dan saat ini dia masih tinggal di Asrama
YKAB Jebres, Solo. Tututmemilih SMA Muhammadiyah 5 Karanganyar selain merupakan
Sekolah Inklusi dari segi transportasinya mudah hanya dengan naik bus satu
kali.Tidak ada kesulitan pergi kesekolah karena kondektur busnya sudah paham.
Tutut ini penderita Low vision, dia lahir dengan keadaan normal dan mulai
memakai kacamata sejak SD, namun kemudian minusnya terus bertambah sampai tidak
ada lensa yang cocok. Hingga akhirnya memakai alat bantu kacapembesar.
Sekolahnya sempat terputus 3 tahun karena putus asa tidak bisa melihat dengan
jalas. Namun karena dorongan keluarga akhirnya dia mau melanjutkan sekolah
lagi. Tutut mempunyai 2 saudara laki-laki yang tidak memperhatikan namun bapak
dan ibunya sangat perhatian, gigih, membiayai sekolah. Selama di asrama sering
dijenguk oleh kedua orang tuanya biasanya dalam sebulan sekali, dan dalam
kegiatan belajar biasanya dibantu oleh teman sebangku dan juga guru juga turut
membantu dan mendekatinya dalam proses belajarnya, dalam belajar untuk melihat
Tutut menggunakan kaca pembesar untuk memudahkan membaca.
PENDAPAT TEMAN :
Menurut
teman sebangku dan sekelas dia adalah anak yang sering mengeluh, dan
penampilanya juga biasa saja seperti penampilan anak normal lainnya. Di dalam
kelas dia adalah anak yang kuarang biasa aktif dalam proses belajar,
penyebabnya karena sering ada kesulitan untuk memahami pelajaran karena
memerlukan waktu yang cukup lama untuk memahaminya, dan dia adalah anak yang
lebih suka menghafal dari pada menghitung karena menghitung lebih abstrak. Pada
awal masuk sekolah ia adalah anak yang sulit untuk beradaptasi, baik dengan
teman – temannya maupun dengan lingkungannya, karena sebagian besar teman-
temanya berkondisi normal, namun sekarang sudah bisa beradaptasi dengan teman -
temannya, sehingga Tutut sekarang hafal dengan teman- temanya. Ketika ujian
dibacakan guru, dan ada tambahan waktu pada saat tes. Kesuliatan belajar di
kelas mendorong dan memotivasinya untuk belajar lebih baik lagi di asrama, pada
suatu hari pernah kaca pembesarnya ketinggalan diasram aja dibelajar di kelas
sangat bergantung pada teman sekelasnya dan terutama adalah temansebangkunya.
Selain itu kesulitan yang lain adalah sulit untuk memahami rumus terutama pada
pelajaran kimia, karena pada kelas X banyak menggunakan rumus- rumus.
c.
Kondisi Guru
Saat melakukan observasi dikelas X, guru
yang sedang mengajar adalah Ibu Lia. Ibu Lia adalah salah satu staff guru yang
mengajar di SMAM 5 Karanganyar. Ibu Lia
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, beliau mulai mengajar di sekolah ini
sejak tahun 2009. Beliau adalah alumni S1 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS.
Selain mengajar di sekolah ini beliau juga mengajar di SMA Jaten Karanganyar. Kiat-kiat yang diterapkan oleh
Ibu Lia saat mengajar siswanya yang heterogen adalah lebih banyak memberikan
perhatian kepada siswa terutama anak yang memilki keterbatasan, sabar dan
telaten. Ibu Lia termasuk salah satu guru yang dekat dengan siswanya terutama
anak yang memiliki keterbatasan dalam melihat. Beliau seringkali berkomunikasi
dengan siswanya melalui sms. Handphone yang digunakan oleh anak tunanetra sudah
didesain khusus dengan progam jos.
Cara menggunakan handphone yang diprogam dengan jos adalah dengan mendengarkan
suara yang dikeluarkan oleh handphone seusai menekan tombol keypad. Jika pada
handphone biasa jika kita berkeinginan untuk menulis, maka kita akan melihat
abjad pada keypad kemudian menekannya, tapi kalau pada handphone yang diprogam
dengan jos adalah menekan kemudian
mendengarkan suara yang merupakan hasil dari apa yang kita ketik, hal ini
berlaku juga jika ingin membaca sms. Ditekan kemudian didengarkan isi dari sms.
Prinsip ini juga belaku untuk pemakaian laptop atau computer yang menggunakan
progam jos.
G.
KESIMPULAN
Observasi ke
sekolah inklusi kami laksanakan pada hari sabtu tanggal 5 Mei 2012 sekitar
pukul 07.30–10.00 WIB. Kami mengunjungi SMA Muhammadiyah 5 Jaten, Karanganyar. Tepatnya di Jalan Raya Solo–Sragen
Km 10, Sroyo, Jaten, Karanganyar.
Kondisi sekolah ini sudah dapat di katakana baik dan lengkap. Hal ini dapat
terlihat dari sarana dan prasarana yang lengkap dan dalam kondisi yang baik serta
tersediannya tenaga pengajar yang cukup.
Sekolah inklusi
merupakan sekolah yang mempunyai program pendidikan yang melayani peserta didik
yang berkebutuhan khusus. System pada sekolah ini sama dengan sekolah biasa.
Baik dari segi kurikum maupun metode pembelajaran yang di terapkan.
Untuk mengatasi
kesulitan pada penyampaian materi pembelajaran pada anak ABK di terapkan metode
tutor sebaya dan membantu membacakan teks soal dan menuliskan jawaban sesuai
jawaban yang di kehendaki siswa saat diadakan tes. Perlakuan yang di terapkan
pada anak ABK pun juga sama dengan siswa normal lainnya, baik dari segi mata
pelajaran yang di berikan maupun tugas yang di bebankan.